Penjelasan :
Ojek online Bisnis kreatif dan inovatif yang
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang paling menonjol saat ini
adalah Gojek. Yang merupakan industri baru di Indonesia. Kemampuan melihat
peluang usaha dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi di
Indonesia patut diacungi jempol. Gojek adalah pelopor bisnis Ekonomi Kreatif
berbasis TIK di Indonesia, dalam waktu singkat perusahaan tersebut mampu
menjadi sorotan masyarakat dan pelaku bisnis lainnya, sebagian kalangan
pemerintahan pun memujinya dan menganggap itu sebagai ekonomi kreatif. Pro dan
kontra di kalangan pelaku bisnis pun muncul, penolakan dan dukungan datang
silih berganti, bahkan demo besar-besaran para pengemudi taxi, bis, mikrolet
yang merasa terusik dan dirugikan dengan hadirnya Gojek turut mewarnai pro dan
kontra kehadiran kedua bisnis kreatif tersebut di Indonesia. Bahkan menteri
perhubungan sempat melarang beroperasinya Gojek, namun larangan tersebut
mendapat perlawanan dan tantangan dari berbagai pihak, antara lain banyaknya
protes dari masyarakat, kalangan akademisi, politikus, netizen, dan tentu saja
para pengemudi Gojek itu sendiri merasa keberatan dengan larangan tersebut,
melihat besarnya penolakan terhadap larangan operasi Gojek tersebut yang dapat
berpotensi menimbulkan gejolak sosial yang mengganggu stabilitas ekonomi dan
sosial Presiden turun tangan sehingga akhirnya larangan Menteri Perhubungan
tersebut dibatalkan. Fenomena Gojek sebagai bagian dari industri kreatif
tersebut yang mendapat sorotan dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat umum,
kalangan akademisi, profesional, politisi, aparatur pemerintahan telah menjadi
berita skala nasional dan internasional. Kehadiran Gojek dengan inovasi dan
kreativitas bisnisnya yang membawa manfaat luar biasa bagi banyak pihak
khususnya masyarakat pengguna transportasi inilah yang menginspirasi penulis untuk
membuat artikel dengan judul “Ekonomi Kreatif Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi ala Gojek”.
GO-JEK
GO-JEK adalah sebuah perusahaan teknologi berjiwa
sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di berbagai
sektor informal di Indonesia 9gojek.com, 2016). Saat ini Gojek bermitra dengan
sekitar 200.000 pengendara ojek yang berpengalaman dan terpercaya di Indonesia,
untuk menyediakan berbagai macam layanan, termasuk transportasi dan pesan antar
makanan. Kegiatan GO-JEK bertumpu pada tiga nilai pokok:
- Kecepatan
- Inovasi
- Dampak social
Fasilitas yang didapatkan para Driver GO-JEK bukan
hanya dari sistem bagi hasil yang menguntungkan mereka juga mengatakan bahwa
pendapatan mereka meningkat semenjak bergabung sebagai mitra, mereka juga
mendapatkan santunan kesehatan dan kecelakaan, serta mendapat akses ke lebih
banyak pelanggan melalui aplikasi ojek online Gojek.
Perbandingan :
Perbandingan Ojek Online Gojek Vs
Grab Bagus Mana Pilih Mana ? – Mungkin itu yang sering
ditanyakan Para Pecinta Ojek Di Jakarta Dan Sekitarnya. Jika beberapa tahun
lalu kita masih sering naik kendaraan umum konvensional, lain ceritanya dengan
sekarang. Hampir di setiap tempat kita bisa menjumpai ojek online yang siap
digunakan. Kehadiran ojek online memang membuat kita mudah ke mana-mana,
praktis dan murah. Dari sejumlah penyedia layanan ini, Go-Jek dan Grab memang
masih yang paling menonjol dan bersaing ketat di Indonesia. Sama-sama identik
dengan warna hijau, masing-masing punya senjata untuk menarik perhatian
konsumen. Simak perbandingannya.
Berikut Perbandingan Ojek Online
Gojek Vs Grab
Ojek Online Go-Jek
Saat ini total ada 13 layanan ditawarkan Go-Jek.
Selain layanan utama ojek online Go-Ride, Go-Jek juga menawarkan layanan Go-Car,
Go-Send, Go-Food, Go-Mart, Go-Busway, Go-Tix, Go-Box, Go-Clean, Go-Glam,
Go-Massage, Go-Med dan Go-Auto.
Dengan jumlah armada sekitar 220 ribu driver (per
April 2016), Go-Jek menguasai pasar lokal dengan operasional yang mencakup
hampir semua kota-kota besar di Indonesia. Layanan besutan Nadiem Makarim ini
tersedia di wilayah Jabodetabek, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Palembang,
Medan, Balikpapan, Yogyakarta, Semarang, Manado, Solo, Samarinda, Malang dan
Batam.
Go-Jek memberlakukan jam sibuk atau rush hour yakni
pada pagi hari 06.00-09.00 dan sore 16.00-19.00. Di jam ini, tarif akan lebih
mahal sekitar Rp 5.000 dari jam normal.
Untuk menarik minat konsumen, Go-Jek merayu
pelanggannya dengan menawarkan diskon tarif perjalanan 50% jika membayar dengan
uang elektronik Go-Pay. Sejauh ini, promosi tersebut masih berlaku hingga
Januari 2017. Promosi ini juga dilakukan Go-Jek untuk mendorong lebih banyak
orang beralih ke cashless experience alias non tunai.
Berbicara pengalaman menggunakan aplikasi, sayangnya
pada aplikasi Go-Jek masih kerap ditemui eror. Terkadang, orderan driver
tersendat atau malah terjadi dobel order yang sering membingungkan pengguna dan
driver.
Untuk komunikasi di antara driver dan penumpang,
Go-Jek masih mengandalkan konektivitas selular. Jadi, ini akan memakan pulsa
tambahan di luar paket data internet ketika driver dan penumpang perlu
menelepon atau SMS. Di sisi lain, hal ini memungkinkan nomor telepon penumpang
bisa diketahui driver.
Catatan lainnya, pada aplikasi Go-Jek tidak
dicantumkan plat nomor kendaraan driver, sehingga menyulitkan pengguna
menemukan driver yang menjemput mereka. Kondisi ini dipersulit dengan
ketidakdisiplinan beberapa driver yang tidak menggunakan seragam.
Ojek Online Grab
Grab saat ini menawarkan tujuh layanan, GrabBike,
GrabCar, GrabHitch, GrabExpress, GrabFood, GrabTaxi Promo dan GrabTaxi.
Jumlah armadanya kurang lebih 250 ribu (data April
2016), namun angka itu mencakup penyebarannya di Asia Tenggara. Startup yang
dipimpin Anthony Tan ini masih kalah dengan dominasi armada Go-Jek di pasar
lokal.
Grab memang tak hanya fokus di Indonesia, melainkan
mengincar pasar Asia Tenggara. Layanan ride sharing tersebut saat ini hadir di
Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Filiphina.
Sebagai pesaing Go-Jek, Grab berupaya mengambil hati
konsumen dengan memberikan berbagai diskon secara agresif. Grab kerap membuat
kampanye tematik yang memasukkan kode tertentu untuk mendapatkan diskon, bahkan
menggratiskan tarif perjalanan.
Sama seperti Go-Jek, Grab juga memberlakukan jam sibuk
atau rush hour yakni pada pagi hari 06.00-09.00 dan sore 16.00-19.00. Di jam
ini, tarif akan lebih mahal sekitar Rp 5.000 dari jam normal.
Grab Masnya, salah satu kampanye promosi Grab
GrabMasnya, salah satu kampanye promosi diskon Grab
Beralih ke pengalaman menggunakan aplikasi, harus
diakui aplikasi Grab relatif lebih smooth dan minim terjadi eror dibandingkan
dengan Go-Jek. Nilai plusnya, Grab juga punya fitur chat dan panggilan telepon
di dalam aplikasi.
Jadi, tidak perlu biaya tambahan (koneksi seluler)
ketika harus menelepon atau SMS, karena berbasis data internet. Fitur
komunikasi ini membuat driver maupun penumpang tidak saling tahu nomor telepon
sehingga privasi lebih terjaga.
Grab juga mencantumkan plat nomor kendaraan si driver
pada aplikasinya, sehingga memudahkan penumpang menemukan driver yang
menjemput. Di sisi lain, rata-rata driver Grab juga terbilang lebih disiplin
menggunakan seragam sebagai salah satu tanda pengenalnya.
Saya sendiri sering menggunakan Go-Jek dalam
perjalanan harian saya bekerja dari stasiun Pasar Senen Jakarta Kota ke lokasi
tempat kerja saya di daerah Jakarta Barat dengan biaya kisaran Rp 30.000 sd Rp
35.000 setelah dikurangi potongan Rp 10.000 karena saya menggunakan auto debet
saldo top cash. Jarak tempuh sekitar 16 km.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar