Apa Itu Budaya?
Budaya adalah aktifitas manusia sebagai gambar Allah
dalam mengolah alam untuk beragam tujuan. Ibarat eksistensi diri manusia,
budaya adalah bagian yang kelihatan atau
tubuh; bagian yang tidak kelihatan adalah pendorong atau penggerak dari
budaya.
PENGERTIAN
BUDAYA
Ada beberapa macam pengertian mengenai budaya. Ada
yang menyebut budaya sebagai tradisi atau adat istiadat; ada juga yang
mengatakan budaya sebagai interaksi sosial antara individu dan individu yang
lain;
masih ada yang mengatakan bahwa budaya adalah rasa
yang tinggi terhadap sesuatu seperti lukisan atau musik; masih ada juga yang
mengatakan bahwa budaya adalah kesopanan yang ditunjukkan sebuah masyarakat.
Masih ada lagi yang menyebut bahwa bangsa yang
berbudaya adalah bangsa yang mempunyai peradaban yang tinggi.
Pengertian-pengertian ini hanya menyatakan sebagian
dari pengertian budaya yang utuh. Budaya lebih dari sekedar tradisi, adat-istiadat
atau kebiasaan; budaya lebih dari hubungan sosial antara manusia dan manusia
lainnya;
Budaya lebih dari sekedar rasa terhadap seni; budaya
lebih dari nilai-nilai kesopanan dalam kehidupan seperti keramahan. Budaya
bukan juga hanya peradaban yang tinggi.
Cakupan budaya begitu luas; budaya mencakup tindakan
apa saja yang dilakukan manusia terhadap alam dan lingkungannya.
Oleh karena begitu luas, budaya tidak dapat diwakili
oleh satu dua orang. Bila ada seorang individu atau beberapa keluarga mempunyai
kebiasaan yang halus- ini belum dapat dikatakan sebagai budaya.
Kebiasaan, tradisi atau kebiasan-kebisaaan yang
dimiliki perorangan tidak dapat disebut sebagai budaya. Budaya individu tidak
dapat merepresentasikan kehidupan dari satu atau beberapa orang saja.
Budaya merupakan sikap hidup yang
unik dari masyarakat yang lebih besar seperti etnis, suku atau bangsa, yang
hidup dalam di wilayah tertentu.
Budaya mempunyai karakter tertentu. Falsafah orang
Batak, Dalihan Natolu misalnya, dapat merupakan salah satu karakter dari budaya
Batak. Prinisip ini dapat dijumpai dalam setiap puak suku Batak- somba
marhula-hula (hormat kepada pihak keluarga isteri), elek marboru (bersikap
memohon kepada adik perempuan), manat mardongan tubu (hati-hati kepada saudara
laki-laki).
Karakter individu tertentu tidak dapat dikatakan
mewakili budaya masyarakat tersebut.
APAKAH ITU SASTRA?
Hingga kini, tidak seorang pun bisa mendefinisikan
dengan jelas mengenai arti dan maksud dari kata sastra. Sebagaimana yang kita
tahu sebagai orang awam, kata sastra menyangkut tentang suatu karya yang
mengunggulkan keindahan bahasa di dalamnya. Menurut A. Teeuw dalam Sastra dan
Ilmu Sastra (1984: 22-23), kata sastra mempunyai banyak sebutan, antara lain literature
(Inggris), Literatur (Jerman), dan littérature (Prancis). Semua
kata tersebut berasal dari bahasa Latin litteratura yang merupakan
terjemahan dari kata Yunani grammatika. Litteratura dan gramatika masing-masing
terbentuk dari kata dasar littera dan gramma yang berarti huruf atau
tulisan.
Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi.
Dalam bahasa Sanskerta kata berakhiran –tra biasanya menunjukkan alat
atau sarana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Sebagai contoh adalah silpasastra
(buku arsitektur) dan kamasastra (buku petunjuk mengenai seni cinta).
Pemakaian kata sastra atau literature sering
kali mengacu pada segala sesuatu yang tertulis. Padahal, sastra merupakan
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak (Wellek dan Werren: 1993). Sastra
juga merupakan hasil kreativitas manusia didasarkan pada luapan emosi spontan
yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik antara aspek kebahasaan maupun
aspek makna (Mukarovsky, E.E. Cummings, dan Sjklovski).
Meskipun sastra sering kali dianggap sebagai karya
tulis, namun ia tidak identik dengan bahasa tulis. Kesalahpahaman dan perbedaan
persepsi sering ditemui ketika memahami suatu tulisan. Namun, berbeda halnya
dengan sastra. Potensi makna ganda di dalam suatu karya tulis dapat
dimanfaatkan untuk menciptakan suasana khas dari sastra. Keambiguan yang
diciptakan dalam karya sastra disebabkan karena tidak adanya hubungan fisik
antara pengarang dan pembaca. Kata aku dalam sebuah puisi misalnya,
bukan berarti menyangkut tentang diri si pengarang. Keambiguan makna ini lah
yang kemudian disebut sebagai keindahan sastra.
Menurut Teori Mimesis yang dikemukakan oleh
Aristoteles, penciptaan suatu karya sastra tidak sama dengan penulisan sejarah.
Sejarah hanya menuliskan fakta-fakta dan menampilkan suatu kejadian apa adanya
dengan tujuan memberikan informasi kejadian di masa lalu kepada pembaca.
Sebaliknya, karya sastra diciptakan untuk memuaskan kebutuhan estetik dan
rohani manusia. Para penyair tidak menulis berdasarkan kenyataan dan tidak
menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa sebagaimana adanya. Ruang lingkup
sastra lebih luas sehingga para penyair atau pengarang sastra lebih leluasa
dalam mengungkapkan beberapa kemungkinan. Perbedaan penafsiran ini bergantung
pada sudut pandang yang dimiliki oleh si pembaca.
Jadi, apakah itu sastra? Sastra merupakan luapan emosi
manusia yang diungkapkan melalui tulisan maupun lisan. Perbedaan penafsiran
dari para pembaca merupakan esensi dalam memahami karya sastra. Setiap karya
sastra mempunyai keunikan tersendiri dan tidak jarang turut menggambarkan isi
hati si pengarang. Dan seperti yang diungkapkan oleh Boris Pasternak bahwa “Literature
is the art of discovering something extraordinary about ordinary people, and
saying with ordinary words something extraordinary.”
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA DENGAN SASTRA
Masalah sastra dan seni sangat erat
hubungannya dengan ilmu budaya, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu
budaya ada yang berkaitan dengan sastra dan seni. Budaya Indonesia sangat
menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang ilmu budaya dalam
konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah
sebagai berikut:
Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri
atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai
aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial,
kesukaan, dan kedaerahan.
Proses pembangunan yg sedang berlangsung
dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya
perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental
manusiapun terkena pengaruhnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata
nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah
diciptakannya.
Jadi, Hubungan Budaya Dengan Sastra
sangatlah erat kaitannya. Suatu sastra diciptakan karena adanya kebudayaan.
Kebudayaan memiliki sifat kompleks, luas, dan abstrak. Dan suatu sastra itu
memerlukan sesuatu yang baru dan terus berkembang dari yang sudah ada.
Kebudayaanlah yang membuat seseorang dapat mengembangkan ide-ide pikirannya ke
dalam suatu wadah sehingga menjadi sebuah karya. Ada banyak unsur yang
membentuk budaya, salah satunya adalah bahasa. Bahasa merupakan perwujudan
budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, baik melalui tulisan,
lisan, ataupun gerakan. Dan karya itulah disebut dengan hasil-hasil pemikiran
seseorang terhadap sesuatu yang dipengaruhi oleh suatu kebudayaan. Jadi budaya
dengan sastra sangatlah erat hubungannya. Tanpa budaya seseorang tidak dapat
menghasilkan suatu sastra yang baik.
Referensi :