BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup
di dunia ini pasti terkadang mengalami yang namanya pendertiaan. Tingkat
penderitaan yang dialami setiap manusia atau individu berbeda-beda. Ada yang
ringan, sedang dan berat sekalipun.
Begitulah realita hidup di dunia. Allah
sengaja memberikan penderitaan atau masalah kepada hambanya untuk menguji
diantara hambanya. Mana di antara hambanya tersebut yang bertakwa dan bersabar
terhadap masalah yang Allah berikan kepadanya. Sesuai dengan firman Allah di
dalam Al-Qur’an :
“...dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (Q.S Al-Baqarah;
177).
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas :
1. Pengertian penderitaan
dan sebab nya .
2. Pengertian ketakutan
dan phobia.
3. Pengertian siksaan .
4. Siksaan yang bersifat psikis
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari penderitaan .
2. Untuk mengetahui
penyebab penderitaan
3. Untuk memahami pengertian dari
siksaan .
4. Untuk mengetahui
siksaan yang bersifat psikis dalam kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita, derita berasal dari bahasa sansekerta, dhra yang
berarti menahan atau menanggung. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa indonesia
derita artinya menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak menyenangkan. Dengan
demikian merupakan lawan kata dari kesenangan ataupun kegembiraan.
2.2 Penderitaan
& sebab-sebabnya
Apabila dikelompokkan secara
sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan
manusia dapat dibagi sebagai berikut :
1.
Penderitaan yang timbul karena
perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat
terjadi dalam hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Karena perbuatan buruk
antara sesama manusia maka manusia lain menjadiderita. Perbuatan buruk manusia
terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Kesadaran itu baru
timbul setelah musibah yang membuat manusia menderita.
2.
Penderitaan yang timbul akibat
penyakit,siksaan/azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit/siksaaan/azab Tuhan.
Namun kesabaran, tawakal, & optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk
mengatasi penderitaan itu.
2.3 Jenis
Kesedihan
Yang
jelas, setiap kesedihan membawa tantangan tersendiri untuk dihadapi. Di bawah
ini beberapa contoh musibah atau kesedihan yang dapat melahirkan reaksi
berbeda-beda dan bagaimana seharusnya Anda bertindak.
*
Kehilangan orang tua
Hubungan
kita dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab itu
pasangan diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misalnya dengan
berusaha menggantikan posisinya demi mendukung pasangan. Antara lain dengan
cara selalu berada di dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap
membantunya.
* Keguguran
Kehamilan
merupakan suatu hal yang dinanti-nantikan bagi banyak pasangan dan juga
merupakan suatu kebahagian tersendiri. Tetapi sayangnya rencana tidak selalu
berjalan mulus. Masalah genetika/keturunan mungkin dapat menyebabkan pasangan
susah mendapatkan anak atau selalu keguguran. Secara naluri, seorang ibu akan
merasa lebih kehilangan dibanding pasangannya.
Tapi sebaliknya, sebagai pasangan dan seorang laki-laki pada umumnya, mereka berjuang untuk menahan emosi terdalamnya. Bagaimanapun juga, sebagai ayah merasa kehilangan merupakan kesedihan juga. Dengan sedikit dukungan atau pengertian, mereka akan dapat menghadapinya.
* Kehilangan anak
Jika bayi
sudah lahir dan kemudian dalam beberapa bulan kemudian dipanggil Yang Maha
Kuasa, ibu umumnya akan memiliki perasaan seolah-olah menyalahkan dirinya dan
terus bertanya-tanya apa kesalahan yang telah diperbuatnya sehingga buah
hatinya meninggalkannya untuk selamanya. Nah, umumnya pasangan mencoba untuk
memberikan dukungan yang rasional. Tapi bagaimanapun juga, keduanya harus
berusaha keras dengan tidak mencoba mencari jawaban atau mencari penyebabnya
sehingga hal itu terjadi.
Mayoritas orang berpendapat sama, bahwa kehilangan anak merupakan suatu penderitaan dan kesedihan yang sangat besar yang harus dihadapi. Orang tua umumnya merasa sangat syok, mereka berdua akan sangat menderita dan menjadi sulit untuk menerima keadaan. Hal ini akan menyulitkan mereka untuk mengatasi proses penderitaan. Bisa saja, yang satu jadi sangat sensitif dan lainnya jadi gampang marah. Akibatnya, hubungan suami-istri jadi memburuk.[2]
Study kasus
Beberapa
bulan lalu Jakarta Ibukota negara ini dilanda banjir besar, diperkirakan
sekitar 2/3 wilayah jakarta tergenang air yang membuat warga jakarta dan
sekitarnya mengalami penderitaan, penderitaan yang dialami warga Jakarta dan
sekitarnya pada saat banjir antara lain hilangnya harta benda karena terbawa
arus air, perjalanan terganggu karena disebagian jalan protokol di Jakarta dan
sekitarnya juga tergenang air, mengalami pemadaman listrik sampai matinya alat
telekomunikasi dan internet serta tidak bisa melakukan aktivitas karena
kantor-kantor juga tergenang banjir, sampai pada tingkat yang mengenaskan yaitu
hilangnya nyawa karena banjir itu sendiri. Badan Koordinasi Nasional (Bakornas)
Penanganan Banjir menyatakan data korban meninggal karena banjir di DKI Jakarta
dan Jawa Barat mencapai 67 orang. "Mereka tewas karena tenggelam dan
terseret arus," ujar Pelaksana Tugas Deputi Kesiapsiagaan Bakornas, Sugeng
di Jakarta, Jumat (9/2) malam.[3]
Banjir ini
disebabkan meluapnya sungai dan kali di Jakarta akibat curah hujan yang tinggi
dan mampetnya sungai karena banyaknya sampah
2.4 Siksaan
Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik ataupun
jiwanya.Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk
merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban.
Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun
psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan
intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi, atau mendapatkan
pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai
penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk
mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan
atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman
bagi suatupemerintah. Masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis) yang
akan diuraikan dalam Ilmu Budaya Dasar, antara lain :
a. Kebimbangan
Kebimbangan pasti akan dialami ketika seseorang dihadapkan oleh dua pilihan
yang penting yang ia tidak dapat menentukan pilihan yang mana yang akan
diambil.
Pada kasus banjir di Jakarta, banyak warga Jakarta mengalami kebimbangan,
apakah saat banjir datang mereka mengungsi atau tetap berada dirumah sambil
menunggu air surut, kebimbangan mereka antara lain disebabkan kecemasan akan
aman atau tidaknya harta benda mereka jika ditinggal mengungsi, karena di
Jakarta banyak orang-orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dan
disatu sisi bahwa jika mereka tetap tinggal di rumah, mereka juga cemas jika
banjir melanda rumah mereka berhari-hari dan ketersedian bahan makanan akan
habis bagaimana dengan anak-anak mereka. Inilah contoh kebimbangan yang dialami
warga Jakarta dan sekitarnya pada saat banjir melanda Jakarta dan sekitarnya
pada beberapa bulan yang lalu, keadaan ini berpengaruh tidak baik baik orang
yang lemah pikirannya, karena masalah kebimbangan akan lama dialami olehnya
sehingga siksaan yang dirasakan olehnya pun menjadi berkepanjangan. Bagi orang
yang kuat berfikir ia akan cepat mengambil keputusan dengan berdasarkan
pertimbangan prioritas, prioritas pada kasus banjir di Jakarta dan sekitarnya
adalah nyawa mereka dan anak-anak mereka bukan harta benda, karena harta benda
dapat dicari / dibeli kembali tetapi nyawa mereka dan anak-anak mereka tak
dapat kembali lagi.
b.
Kesepian
Kesepian dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, hal
ini akan terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.[4]
Ini yang perlu dianalisa pertama kali. Perbedaan antara kesepian dengan kesendirian.
Kesepian itu perasaan sepi. Sendirian itu ketika seseorang dalam keadaan
sendiri. Kesepian bisa berarti seperti “tikus kelaparan di lumbung padi”.
Banyak orang di sekitarnya tetapi tetap merasa sepi. Sedangkan sendirian dalam
keadaan sendiri, tetapi tidak merasa sepi.
Pada kasus tsunami di Aceh pada Tanggal 26 Desember 2004, banyak orang Aceh
yang mengalami kesepian, kesepian ini dikarenakan banyak orang-orang Aceh
ditinggal mati keluarga dan orang yang mereka sayangi, mereka merasa kesepian
bahkan sampai ada yang tak mau hidup lagi, karena mereka beranggapan hidup
mereka tidak beguna lagi tanpa orang-orang yang mereka sayangi, hari-harinya
mereka merasa kesepian walaupun ditengah orang yang ramai menghibur dirinya.
Seperti juga kebimbangan, kesepian perlu segera diatasi agar seseorang
tidak terus menerus merasakan penderitaan batin. Solusi yang kami tawarkan
adalah :
1.
Berfikir positif, Yakinlah semua yang telah menimpah manusia adalah berasal
dari ketentuan Allah, ingatlah Allah SWT tidak pernah memberikan ujian yang
melebihi batas kemampuan manusia, berdoa dan kembali lebih mendekatkan diri
kepada Allah akan membuat hati (batin) tidak kesepian, karena Allah akan selalu
bersama manusia dikala senang / bahagian maupun dikala duka / menderita.
2. Sebagai
homo socius, seorang perlu kawan untuk menghilangkan rasa kesepian, orang itu
perlu cepat mencari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi yang dapat
mengerti dan menghayati kesepian yang dialami kawan lainnya.
3.
Selain mencari kawan, untuk menghilangkan rasa kesepian, seseorang juga perlu
mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik,
sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam
dirinya.[5]
c. Ketakutan
Ketakutan (fobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan
tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal
tertentu. Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada
sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa
dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian
orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya,
pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada
perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap
fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap
fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang
berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara
dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang
sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa
takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia,
hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu
keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh
ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya.
Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang
sangat ekstrim seperti trauma bom,
terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki
kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan
orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat.
Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis
akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan
cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan
fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan
akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah
sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek
subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat
sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon
masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan
dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis
hambatan sukses lainnya. penyakit ketakutan (fobia) adalah kecemasan
yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap
keadaan eksternal tertentu.
Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya
kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. penderita menyadari bahwa kecemasan
yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka memiliki
masalah.
agorafobia
arti harfiah
dari agorafobia adalah takut akan keramaian atau tempat terbuka. Secara lebih
khusus agorafobia menunjukkan ketakutan akan terperangkap, tanpa cara yang
mudah untuk terlepas bila kecemasan menyerang.keadaan-keadaan yang sulit bagi
penderita agoraphobia adalah antri di bank atau pasar swalayan, duduk di
tengah-tengah bioskop atau ruang kelas dan mengendarai bis atau pesawat
terbang. beberapa orang menderita agorafobia setelah mengalami serangan panik
pada salah satu keadaan tersebut. yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan
tidak pernah mengalami serangan panik.
agorafobia sering mempengaruhi kegiatan sehari-hari, kadang sangat berat sehingga penderita hanya diam di dalam rumah. pengobatan terbaik untuk agorafobia adalah terapi pemaparan,
dengan bantuan seorang ahli, penderita mencari, mengendalikan dan tetap berhubungan dengan apa yang ditakutinya sampai kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut (proses ini disebut habituasi). psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan psikis yang melatarbelakangi terjadinya kecemasan.
fobia
spesifik
fobia spesifik
merupakan penyakit kecemasan yang paling sering terjadi.
beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan atau orang asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak. banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa. fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) baru timbul di kemudian hari. 5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan atau cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya.
beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan atau orang asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak. banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa. fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) baru timbul di kemudian hari. 5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan atau cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya.
sebaliknya,
banyak pendeita penyakit kecemasan yang mengalami hiperventilasi, yang
menimbulkan perasaan akan pingsan, tetapi mereka tidak pernah benar-benar
pingsan. penderita seringkali dapat mengatasi
fobia spesifik dengan cara menghindari benda atau keadaan yang ditakutinya. terapi
pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku dimana penderita secara
bertahap dihadapkan kepada benda atau keadaan yang ditakutinya. terapi
ini merupakan pengobatan terbaik untuk fobia spesifik.psikoterapi
dilakukan agar penderita memahami pertentangan psikis yang mungkin
melatarbelakangi terjadinya fobia spesifik.
fobia sosial
kemampuan
seseorang untuk menjalin hubungan yang serasi dengan yang lainnya melibatkan
berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan,
hobi, kencan dan perjodohan. kecemasan
tertentu dalam situasi sosial adalah normal, tetapi penderita fobia sosial
merasakan kecemasan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial
atau menghadapinya dengan penuh tekanan. penelitian terbaru menunjukkan bahwa 13%
penduduk pernah mengalami fobia sosial. keadaan-keadaan yang sering memicu
terjadi kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
A.
berbicara di depan umum
B.
tampil di depan umum (main drama atau main musik)
C.
makan di depan orang lain
D.
menandatangani dokumen sebelum bersaksi
E.
menggunakan kamar mandi umum. penderita merasa
penampilan atau aksi mereka tidak tepat.
Mereka
seringkali khawatir bahwa kecemasannya akan tampak, sehingga mereka
berkeringat, pipinya kemerahan, muntah, gemetaran atau suaranya bergetar; jalan
pikirannya terganggu atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk
mengungkapkan maksud mereka. jenis fobia sosial yang lebih umum ditandai dengan
kecemasan pada hampir seluruh situasi sosial. penderita fobia sosial menyeluruh
biasanya merasa bahwa penampilannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka
akan merasa terhina atau dipermalukan. beberapa orang memiliki rasa malu yang
wajar dan menunjukkan malu--malu pada masa kanak-kanak yang di kemudian hari
berkembang menjadi fobia sosial. yang lainnya mengalami kecemasan dalam situasi
sosial pertama kali pada masa pubertas. fobia sosial sering menetap jika tidak
diobati, sehingga penderita menghindari aktivitas yang sesungguhnya ingin
mereka ikuti. terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang
efektif untuk mengatasi fobia sosial. Psikoterapi dilakukan agar
penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatarbelakangi
terjadinya fobia sosial.
Beberapa
istilah sehubungan dengan fobia :
- afrophobia — ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
- caucasophobia — ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
- hydrophobia — ketakutan akan air.
- photophobia — ketakutan akan cahaya.
- antlophobia — takut akan banjir.
- cenophobia — takut akan ruangan yang kosong
2.5 Kekalutan
Mental
Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang
disebabkan oleh kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul
gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau
sistem kejiwaan/mental. Merupakan totalitas kesatuan ekspresi proses
kejiwaan/mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan
faktor-faktor kausatif sekunder lainnya (patalogi = ilmu penyakit ).
Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan
kejiwaan akiba ketidak mampuan seseorang mengatasi persoalan hidup yang harus
dijalaninya, sehingga yang bersangkuan bertingkah secara kurang wajar.
2.6 Gejala-gejala
permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah sebagai berikut :
1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam,
nyeri pada lambung
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
3. Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar
sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau
melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
4. Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social
5. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
5. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
6. Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda
antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
2.7 Tahap-tahap
gangguan jiwa :
1. Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik
jasmani maupun rohaninya.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari,
sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran
kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya,
sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan,
tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan
mengalami gangguan
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah
penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
5. Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya
kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam
memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan,
perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu
dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
6. Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya
gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika
lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa
maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya.
Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun
dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
2.8 Sebab-sebab
timbulnya kekalutan mental yaitu :
-
Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri
sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang
melankolis)
-
Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya
norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
-
Pemahaman yang salah sehingga memberikan reaksi
berlebihan terhadap kehidupan sosial (overacting) dan juga sebaliknya terlalu
rendah diri (underacting).
Proses –
proses yang diambil oleh sesorang dalam menghadapii kekalutan mental,
sehingga mendorongnya kearah :
·
Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami
seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang
dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya
tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu 4JJ1 SWT, dan
bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.
·
Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat
dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin
akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan.
Contohnya :
-
Agresi, yaitu : Meluapkan rasa emosi yang tidak
terkendali dan cenderung melakukan tindakan sadis yang dapat mambahayakan
orang lain.
-
Regresi,
yaitu : Pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan. (menjerit, menangis
dll)
-
Fiksasi, yaitu : Pembatasan pada satu pola yang
sama (membisu, memukul dada sendiri dll)
-
Proyeksi, yaitu : Melemparkan atau memproyeksikan
sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain.
-
Indentifikasi, yaitu : Menyamakan diri dengan sesorang
yang sukses dalam imajinasi, (kecantikan, dengan bintang film .dll)
-
Narsisme, self love yaitu : Merasa dirinya lebih dari
orang lain.
-
Autisme
yaitu : Menutup diri dari dunia luar dan tidak puas dengan pantasinya sendiri.
Penderita
kekalutan mental lebih banyak terdapat dalam lingkungan ;
·
Kota- kota besar yang banyak memberikan tantangan
hidup yang berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
·
Anak-anak usia muda tidak berhasil dalam
mencapai apa yang dikehendakinya.
2.9 Penderitaan
& Perjuangan
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat
manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup
ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu
manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian
penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan
hidupnya. Allah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan
merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya
meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan
hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai
doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita sebagai
manusia hanya bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang menentukan
hasilnya.
2.10
Penderitaan, media massa & seniman
Berita mengenai
penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat
radio, dengan maksud agar semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh
penderitaan manusia. Dengan demikian dapat mengunggah hati manusia untuk
berbuat sesuatu. Media massa adalah alat yang paling tepat untuk
mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada
asyarakat luas. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk
menentukan sikap anatara sesama manusia, terutama bagi mereka yang simpati.
Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui
karya seni, sehingga para pembaca dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari
karya tersebut.
2.11
Pengaruh Penderitaan Terhadap Kelangsungan Hidup
Manusia
Penderitaan
mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap
yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative
misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh
diri. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa
hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari
penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Orang yang merasa dirinya menderita akan mendapat
tekanan dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang banyak manusia yang ingin
mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan dalam hidupnya. Ini
terjadi di karenakan kekalutan mental. Kekalutan mental merupakan suatu keadaan
dimana jiwa seseorang mengalami kekacuan dan kebingungan dalam dirinya
sehingga ia merasa tidak berdaya.
2.12
Contoh-contoh penderitaan dan
penyebabnya
Berdasarkan
sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi menjadi
2 bagian sebagai berikut :
o
Nasib buruk penderitaan ini karenakan perbuatan buruk manusia yang dapat
terjadi dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya. Perbedaan nasip
buruk dan takdir adalah jika takdir di tentukan oleh tuhan sedangkan nasib
buruk penyebabnya Karena ulah manusia itu sendiri. Contohnya : penderitaan yang
timbul karena penyakit, siksaan / azab tuhan. Namun dengan kesabaran dan
tawakal dan optimise merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan
tersebut.
o
Kehilangan orang tua, setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan memiliki
hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang paling sering
kita jumpa dan sangat sedih tentunya .tapi kesedihan Karena penderitaan
diharapkan tidak berlarut larut karena semua manusia yang hidup pasti akan
kembali kepada tuhannya.
o
Kemiskinan , banyak orang yang mederita karena kemiskinan , merasa tidak pernah
cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa
menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karena
kan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan oleh tuhan.
o
Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang tuhan
berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa saja bahkan
seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang
diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Manusia
menjalani kehidupan didunia ini akan selalu mengalami dua hal
yang selalu silih berganti antara kebahagiaan / kesenangan dengan
penderitaaan / kesusahan. Penderitaan atau kesusahan itu merupakan ujian dari
Allah SWT yang telah menciptakan manusia, penderitaan itu dapat menimpah kepada
dua aspek dari manusia yaitu aspek jasmani dan aspek rohani, penderitaan dapat
berupa siksaan yaitu kebimbangan, kesepian dan ketakutan serta kekalutan mental
yang dapat membuat manusia menderita. Manusia akan lebih menghargai kebahagiaan
kalau manusia itu pernah merasakan penderitaan, karena ia merasakan bagaimana
rasanya menderita dan ternyata suatu penderitaan bukanlah sebuah hambatan
untuk meraih kesuksesan atau cita-cita, banyak kita temukan atau jumpai
ternyata seseorang yang menderita ternyata mempunyai semangat / kekuatan
baru dalam menjalani hidupnya (tahan banting), tergantung bagaimana
seseorang tersebut mengambil hikmah atau pelajaran dari segala bentuk
penderitaan yang dialaminya, contohnya : semula ia adalah seseorang yang hidup
sangat sederhana, yang setiap waktu biaya hidupnya hanya dari mengumpulkan
barang-barang bekas, tapi berkat keuletan dan semangatnya dalam menjalani hidup
ternyata dilain waktu hidupnya berubah, sekarang ia menjadi bos atau juragan,
dan berubahlah hidupnya sekarang, yang dahulunya penuh dengan kekurangan dan
penderitaan menjadi serba ada, dari contoh penderitaan diatas, ternyata sebuah
penderitaan itu tidak selamanya buruk, tergantung dari segi dan apa yang dapat
kita ambil dari suatu penderitaan tersebut.
3.2 Saran –
saran
Penderitaan
seharusnya tidak menjadi sebuah hambatan atau bumerang dalam menjalani
kehidupan, setiap langkah dalam hidup kita akan dimintakan pertanggung jawaban
oleh Allah SWT, untuk itu besar harapan dari kami untuk bersama-sama
mengintrospeksi diri serta mengambil pelajaran dari setiap musibah dan
penderitaan yang kita alami. Perlu diketahui bahwa Allah itu memberi suatu
cobaan sebatas kemampuan manusia itu sendiri. Dan setiap cobaan, musibah dan
penderitaan pasti semua ada hikmah yang dapat kita ambil, Serta yang utama kita
harus banyak-banyak bersyukur, serta melapangkan hati untuk senantiasa ikhlas
dalam menghadapi sebuah cobaan.
Penderitaan
yang dialami manusia dapat diatasi dengan cara banyak bersyukur atas nikmat dan
karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Dan juga bersosialisasi
dan mencari kawan tempat kita mencurahkan permasalahan dan penderitaan kita
serta penderitaan juga dapat dikurangi dengan banyak melakukan aktivitas yang
dapat menyibukan diri dan melupakan penderitaan yang tengah kita alami,
sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam
diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Supartono W, Drs. 2004.
Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
TEMPO Interaktif
Prof. Abdulkadir
Muhammad, S.H., 2011. Ilmu Sosial Dasar Umum. Bandung: Citra Aditya BaktiWidyo nugroho dan achmad muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
Dewi Rosdyana. 2012. Makalah Manusia Dan Penderitaan.http://dewirosdyana.wordpress.com/ilmu-budaya-dasar/bab-1-manusia-dan-kebudayaan/. 1 Oktober 2013
https://rrachman.wordpress.com/2013/10/15/ibd-manusia-dan-penderitaan/
Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah UniversitasGunadarma.Depok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar